Rabu, 20 Juli 2011

Perang Semut


Semut-semut berjalan gontai
Menyusuri lorong-lorong sempit
Mengaduh pada dunia tentang tubuhnya yang hampir mati
Semut-semut berjalan beriringan
Takut dikejar setan
 Berbondong-bondong mereka berlari
Takut dituduh mencuri
Padahal mereka memang mencuri
Mencuri gula yang teramat manis
Semut-semut mengelak
Menolak ditindak
Mengadu pada rajanya
Menabuhkan gendering perang pada manusia
Mereka bilang “Hai manusia gula itu milik kami”
Manusia menjawab “Bukan, kami yang membuatnya, kalian mencurinya dari kami”
 Semut tak mau kalah, diperahnya darah setiap prajurit
Darah yang manis itu, lantas dikumpulkan menjadi racun
“Racun yang akan kuletakkan dalam setiap makanan manusia” kata raja semut
Bukan hanya prajurit, kini para wanita dipaksa bertempur
Menggempur manusia dengan tank-tank tempur
Mengelak dibilang pencuri, semut-semut malah menari
Bangga akan kuasanya menjajah manusia
Mereka menggigit, merusak, menyakiti manusia
Memenuhi satu desa dengan rasa benci
Semut-semut itu, pandai mengelak
Mengelak tuduhan sebagai pencuri
Padahal mereka memang pencuri
Bahkan mereka rela mengorbankan sesamanya
Demi sebuah penghormatan
Semut-semut itu memang kompak
Kompak mencuri, kompak mengorbankan harga diri
Enggan mengaku salah meski bukti sudah sah
Semut-semut itu terus lari
Tapi Mereka tak takut mati
Mereka hanya takut kehilangan dunia
Dunia yang penuh gula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar