Selasa, 19 Juli 2011

Fajar pun Berdeham


Fajar telah menyingsing Membawakan hangatnya
Bunga-bunga mulai melongok tanpa malu
Mengikuti fajar yang melangkah cepat
 Tak tahu kapan berakhir
Tapi fajar selalu hadir
Dalam hatiku dalam nadiku
Fajar telah menjadi saksi bisu sejarah bangsa
Fajar telah menjadi seonggok bukti
Bukti bahwa negeri kita sangat makmur
Tanahnya tandus, rakyatnya miskin
Tikusnya banyak, rakyatnyapun melarat
Katanya kita ini jamrud khatulistiwa
Nyatanya kita hanyalah negeri tanpa jiwa
Orang-orangnya sering lupa
Bahwa hidup ini hanyalah fana
Caplok sana caplok sini
Dimana-mana memperebutkan harta dan tahta
Tak peduli jika fajar sedang mengamati
Fajar geram pada bumi pertiwi
Fajar marah pada bangsa yang katanya subur ini
Tapi fajar hanya bisa marah
Tak kuasa menghukum para bandit-bandit
Bandit yang mengaku pelindung rakyat
Padahal lintah yang menyerap habis darah rakyat
Fajar melihat fajar mendengar
Dia minta pada tuhan
Supaya orang-orang dikolong jembatan
Bisa rasakan nikmatnya keadilan
tapi sungguh itu tak mungkin terjadi
selama tikus-tikus belum mati
Raja tikus pun pura-pura tidak tahu
Padahal dialah penyebab semua ini
Fajar membara
Janjinya kan dia bakar tikus-tikus dineraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar