Rabu, 20 Juli 2011

karena kamu milikku


Mataku matamu bergerak menjadi Satu
Mataku matamu bertemu menjadi semu
Mataku matamu berkata penuh cinta
Mataku matamu berbicara sayang
Mataku matamu melantunkan rindu
Mataku matamu perbedaan yang menyatu
Mataku matamu saling beradu
Berbicara ini itu, hasrat yang menggebu
Kau bilang mataku yang paling indah
Ku bilang matamu yang paling cantik
Kau bilang mataku yang paling sempurna
Ku bilang matamu yang paling berharga
Mataku matamu adalah sorot tajam
Tajam yang membiaskan
Dimana aku, disitu matamu
Karena kamu miliku

Dink


Padmadinata!
Sebuah nama yang menggetarkan jiwa
Padmadinata
Sebuah nama yang menghembuskan udara
Padmadinata
Sebuah nama yang membuatku rindu
Padmadinata
Sebuah nama yang membuatku gelisah
Padmadinata
Sebuah nama yang memaksaku bertindak gila
Padmadinata
Sebuah nama dalam satu cerita
Padmadinata
Ajarkan aku tentang cinta, ajarkan aku tentang rindu
Padmadinata
Ajarkan aku ketulusan, ajarkan aku pengorbanan
Padmadinata
Begitu indah begitu mengguncang jiwa
Padmadinata
Begitu membuatku merana, memaksaku merasakan neraka
Padmadinata
Selalu ada dalam sorot mataku
Padmadinata
Tak pernah hilang meski ku sudah tua renta
Padmadinata
Kau ada karena aku ada
Dink Padmadinata
Mungkin kaulah yang dinamakan cinta
Dink Padmadinata
Hanya nama palsu yang membuatku gila
Dink padmadinata
Hanya sosok maya yang tak pernah nyata
Dink paadmadinata
Ku kagumi dirimu sampai ke ubun-ubun
Dink padmadinata
Kau selalu ada disini dihatiku..

Perang Semut


Semut-semut berjalan gontai
Menyusuri lorong-lorong sempit
Mengaduh pada dunia tentang tubuhnya yang hampir mati
Semut-semut berjalan beriringan
Takut dikejar setan
 Berbondong-bondong mereka berlari
Takut dituduh mencuri
Padahal mereka memang mencuri
Mencuri gula yang teramat manis
Semut-semut mengelak
Menolak ditindak
Mengadu pada rajanya
Menabuhkan gendering perang pada manusia
Mereka bilang “Hai manusia gula itu milik kami”
Manusia menjawab “Bukan, kami yang membuatnya, kalian mencurinya dari kami”
 Semut tak mau kalah, diperahnya darah setiap prajurit
Darah yang manis itu, lantas dikumpulkan menjadi racun
“Racun yang akan kuletakkan dalam setiap makanan manusia” kata raja semut
Bukan hanya prajurit, kini para wanita dipaksa bertempur
Menggempur manusia dengan tank-tank tempur
Mengelak dibilang pencuri, semut-semut malah menari
Bangga akan kuasanya menjajah manusia
Mereka menggigit, merusak, menyakiti manusia
Memenuhi satu desa dengan rasa benci
Semut-semut itu, pandai mengelak
Mengelak tuduhan sebagai pencuri
Padahal mereka memang pencuri
Bahkan mereka rela mengorbankan sesamanya
Demi sebuah penghormatan
Semut-semut itu memang kompak
Kompak mencuri, kompak mengorbankan harga diri
Enggan mengaku salah meski bukti sudah sah
Semut-semut itu terus lari
Tapi Mereka tak takut mati
Mereka hanya takut kehilangan dunia
Dunia yang penuh gula

Selasa, 19 Juli 2011

Fajar pun Berdeham


Fajar telah menyingsing Membawakan hangatnya
Bunga-bunga mulai melongok tanpa malu
Mengikuti fajar yang melangkah cepat
 Tak tahu kapan berakhir
Tapi fajar selalu hadir
Dalam hatiku dalam nadiku
Fajar telah menjadi saksi bisu sejarah bangsa
Fajar telah menjadi seonggok bukti
Bukti bahwa negeri kita sangat makmur
Tanahnya tandus, rakyatnya miskin
Tikusnya banyak, rakyatnyapun melarat
Katanya kita ini jamrud khatulistiwa
Nyatanya kita hanyalah negeri tanpa jiwa
Orang-orangnya sering lupa
Bahwa hidup ini hanyalah fana
Caplok sana caplok sini
Dimana-mana memperebutkan harta dan tahta
Tak peduli jika fajar sedang mengamati
Fajar geram pada bumi pertiwi
Fajar marah pada bangsa yang katanya subur ini
Tapi fajar hanya bisa marah
Tak kuasa menghukum para bandit-bandit
Bandit yang mengaku pelindung rakyat
Padahal lintah yang menyerap habis darah rakyat
Fajar melihat fajar mendengar
Dia minta pada tuhan
Supaya orang-orang dikolong jembatan
Bisa rasakan nikmatnya keadilan
tapi sungguh itu tak mungkin terjadi
selama tikus-tikus belum mati
Raja tikus pun pura-pura tidak tahu
Padahal dialah penyebab semua ini
Fajar membara
Janjinya kan dia bakar tikus-tikus dineraka.

pengemis tua


Di dunia mereka tak berdaya
Di akhiratpun mereka tak diterima
Dilahirkan dalam keadaan hina
Tak jua kebaikan membawa

Kau si pengemis tua
Umurmu sudah renta
Tapi tetap saja meminta
Karena jiwamu memang sudah tak ada

Jangan kau sesali hidupmu ini
Jalani saja apa yang terjadi
Toh tikus-tikus pun tak peduli
Terus mengoyak tubuhmu sampai mati

Lihat tikus yang rakus itu
Menjilat sana sini
Janjinya ini itu
Tapi nyatanya tanpa bukti

Tikus muda tikus tua sama saja
Semuanya hanya ingin untung
Pantas saja negeri kita sangat makmur
Setiap hari ada puting beliung

Hai pengemis tua
Mengemislah selamanya
Jangan putus saja
Ikuti saja takdir selanjutnya

Jangan kau pikir mereka akan memikirkanmu
Jangan kau pikir mereka akan mengurusimu
Mereka terlalu sibuk pengemis tua
Sibuk memperebutkan kursi tua

Bawalah dirimu sendiri pada kebahagiaan
Jangan tengok ke belakang
Lihat fajar sudah datang
Waktunya mengemis datang

Senin, 18 Juli 2011

capung

berkelana lah kau keseantaro negeri
maka kau akan lihat bagaimana keadilan tercipta
berkelana lah kau keseantaro ngeri
maka kau akan lihat bagaimana negeri makmur tercipta
berkelana lah kau keseantaro negeri
maka kau akan lihat bagaimana negeri kita dipenuhi dengan tikus-tikus cantik

tikus yang menggigiti kulit manusia
tikus yang menggerogoti jantung
tikus yang menggerogoti paru
tikus yang menyebar virus kematian
tapi mereka sangat kuat
sekuat raja capung

hai capung,apa kau lihat semua itu dalam petualanganmu?
hai capung, apa kau lihat semua orang dinegeri kita menengadahkan tangannya keatas?
hai capung, apa kau lihat anak-anak dinegeri kita tidur beralaskan lantai?
hai capung , apa kau tahu dinegeri kita, tikus itu lebih terhormat?

hai capung
kau terbang menglilingi nusantara melihat semua derita
kelaparan dan penderitaan
kini kau singggah di kota metropolitan
yang kau lihat lagi lagi kelaparan da penderitaan

hai capung,
carilah tempa buat kami hidup lebih nyaman
lebih manusiawi
lebih indah dari bumi pertiwi

buta

malam ini gelap, lebih gelap dari malam sebelumnya
tak ada bulan tak ada bintang
bahkan langitpun tak ada biasnya
daud-daun hanya mengeluarkan suara
tanpa wujud-tanpa warna
tak ada tanah basa yang kering menghitam
semua kosong, semua lenyap
bagai disini, didunia ini aku hanya sendiri
sepi, takut, menyesal
ku tak bisa melihatmu, merabamu atau sekedar menghampirimu
kaki ini tak jua sampai didepanmu
kaki ini terlampau berat
berat disaat mataku tak bisa melihat!

Minggu, 17 Juli 2011

Maria 10

Maria 10
fajar baru saja menyembul dari balik pegunungan
cerah, secerah wajahmu
kuat, sekuat hatimu
tapi rapuh, serapuh air matamu
Maria 10
disini kami berkumpul
para pesakitan
pesakitan yang dirundung duka
tanpa cita dan cinta
Maria 10
tahukah kalian?kami tak pernah dambakan harta?
kami hanya mau hidup!
hidup tanpa selang!
hidup tanpa jarum!
hidup tanpa obat!
kami ingin bebas darimu Maria!
kami ingin terbang!menuju pegunungan didepanmu
dngarlah inginku itu!